Senin, 17 November 2008

Menjadi Manajer Bank yang empatik

Setelah perang sipil di Amerika berakhir, orang dari Amerika utara masih menyimpan kebencian yang dalam tehadap orang dari selatan. Orang dari utara itu berniat untuk terus menekan/menyudutkan orang dari selatan. Presiden Abraham Lincoln berusaha untuk bertindak secara adil kepada seluruh Amerika dengan semboyan “Tanpa kebencian terhadap siapapun, dengan kemurahan hati untuk semuanya”. Bagaimana dia dapat mencegah keinginan orang dari utara untuk menyerang orang dari selatan dapat diketahui lewat pernyataannya kepada seorang kawannya “saya belum pernah menderita karena orang selatan, saya telah menderita bersama dengan orang selatan, kesengsaraan mereka telah menjadi kesengsaraan saya, kekalahan mereka, kekalahan saya”. Lincolnya mempunyai EMPATI.
Empati adalah kemampuan untuk memahami perasaan/pikiran, gagasan orang lain dan memproyeksikan diri tanpa larut dalam perasaan/pikiran itu sendiri. Empati adalah kemampuan untuk mengerti orang lain sebanyak mungkin sebagaimana dia mengerti diri sendiri. Seseorang dikatakan empatik jika ia mampu untuk seolah-olah “merayap dan masuk ke dalam kulit orang lain” dan melihat dunia lewat mata orang tersebut. Dia mendengarkan cerita orang lain tanpa rasa curiga, maupun mengadili. Dia mendengarkan cerita orang lain apa adanya, seperti orang itu memilih untuk menceritakannya, dan menyimak apa arti khusus yang ingin disampaikan oleh si pengutara cerita.

Empati lebih mudah dimengerti apabila dilihat sebagai suatu “continuum” yang berawal dari Apati dan di ujung lainnya Simpati.

Apati didefinisikan sebagai tidak punya perasaan, tidak menaruh minat, atau perhatian. Bila seorang manajer apatis, maka ia tidak ingin terlibat dengan urusan / permasalahan orang lain. Contoh ucapan dari seorang manajer yang apatis adalah sebagai berikut : “Anda menuruti jalan anda, saya menuruti jalan saya. Saya tidak mendoakan supaya anda celaka, tetapi saya juga tidak memberi bantuan kepada anda. Saya tidak sudi dibebani dengan masalah-masalah anda maupun dihibur oleh kegembiraan anda. Tolong biarkan saya sendiri”.

Simpati adalah keterlibatan yang berlebihan, sehingga orang hanyut ke dalam perasaan orang lain. Simpati bisa melemahkan kekuatan sehingga tidak sanggup memberi pertolongan pada waktu yang diperlukan. Contoh konkrit dari orang simpatik adalah ketika ia sedang melayat orang meninggal, demikian terhanyut di dalam kesedihan orang lain, sehingga keluarga orang yang meninggal itu malahan harus menenangkan dia yang semestinya datang untuk menghibur.
Manajer yang apatis dapat merusak hubungan baik dengan orang lain, tetapi manajer yang simpati berlebihan dapat lebih merugikan dibandingkan dengan apati. Jatuh kasihan, rasa sentimentil, atau pengalaman emosi yang tidak pada tempatnya merugikan tidak hanya orang yang bersimpati itu tetapi juga objek atau orang yang terkena luapan emosinya.
Agar lebih memahami empati maka beberapa ciri-ciri dari manajer yang empatik yang disukai orang dapat dijelaskan sebagai berikut :
• Dapat membayangkan bagaimana perasaan orang lain dengan cara menempatkan dirinya para orang tersebut, memberikan pengakuan dan menghargai individualitas orang lain.
• Lebih mengerti tentang apa yang sedang dipikirkan, dan logika apa yang dipergunakan oleh orang lain, dapat menerima kelainan orang lain (pendapat, sifat, sikap perilaku dan gaya hidup).
• Suka menolong, lebih memperhatikan, tidak agresif dan bahkan lebih mementingkan kepentingan orang lain daripada dirinya sendiri.
• Berminat untuk mengenal orang lain, tidak suka terhadap kekerasan, permusuhan atau kemarahan.
• Trampil menjadi pendengar yang baik, bereaksi terhadap apa yang dikatakan dan dirasakan oleh orang lain, mempercayai dan dipercaya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar