Sabtu, 13 Desember 2008

Kuis, Test Kepribadian dan Kepemimpinan

Beberapa Kuis, Test Kepribadian dan Kepemimpinan dapat anda kerjakan dibawah ini, untuk mengetahui beberapa kepribadian dan kompetensi kepemimpinan yang anda miliki saat ini. Kuis dan Test ini hasilnya akan akurat jika anda mengikuti pedomannya.

PEDOMAN KUIS KEPRIBADIAN DAN KEPEMIMPINAN

Tujuan :
  1. Mengetahui gambaran umum dari kepribadian dan kepemimpinan seseorang .
  2. Mengetahui karakteristik sifat, sikap dan perilaku yang dominan dimiliki oleh seseorang.
  3. Mengetahui kepribadian yang sesuai dengan kondisi kerja dan lingkungan.
  4. Merubah kepribadian sebatas kemauan dan kemampuan menuju kepribadian yang menarik.

Syarat yang perlu diperhatikan :
  1. Mempunyai keinginan dari hati yang tulus untuk mengetahui gambaran kepribadian yang dimilikinya.
  2. Dapat mengerti dan memahami maksud dari setiap kuis kepribadian yang yang dilaksanakan.
  3. Mengerti dan memahami maksud dari pernyataan dan pertanyaan yang terdapat dalam kuis.
  4. Tidak berusaha menyawab/menilai untuk menjadi diri yang ideal tetapi berdasarkan kenyataan dan kondisi apa adanya yang terdapat pada diri sendiri.
  5. Dapat menentukan skala penilaian yang tepat dari beberapa skala penilaian yang terdapat pada kuis.
  6. Dapat mengerti dan memahami cara-cara penilaian untuk mendapatkan hasil penilaian dengan benar.
  7. Dapat menarik kesimpulan dari hasil penilaian pada setiap kuis.


JENIS-JENIS KUIS, TEST KEPRIBADIAN DAN KEPEMIMPINAN :
1. Kuis Kepemimpinan Situasional
2. Kuis Motivasi bekerja

3. Kuis Kepuasan kerja

4. Test Kecerdasan Emosional

5. Test Empati


Senin, 08 Desember 2008

Cara Kiat Tips aman menggunakan kartu ATM

  1. Selalu mengingat nomor PIN anda
  2. Buat nomor PIN yang tidak terlalu gampang, tidak pula terlalu sulit
  3. Hindari penggunaan nomor PIN yang mudah diterka misalnya (tgl. Lahir, no telepon HP/rumah, no. kendaraan dlsb)
  4. Jangan memberitahukan nomor PIN kepada siapapun.
  5. Secara berkala (misalnya 3 bulan sekali) lakukan penggantian nomor PIN
  6. Catat nomor telepon Call Center yang dapat dihubungi bila mengalami permasalahan dengan kartu ATM yang sedang digunakan.
  7. Bila memungkinkan dan mempunyai dana yang cukup gunakan lebih dari 1 kartu, ini untuk mengatasi permasalahan apabila Kartu tertelan
  8. Segera hubungi card centre atau nomor hot line service yang disediakan oleh Bank Penyelenggara ATM dan cek saldo rekening anda manakala melakukan transaksi pengambilan tunai namun uangnya tidak keluar.
  9. Sedapat mungkin hindari memasuki ruang ATM sendirian, biasakan berdua dan yang satu menjaga diluar, ini untuk menghindari kejahatan yang dilakukan pada saat pengguna ATM berada didalam ruangan yang dengan tiba-tiba masuk dan langsung menodongkan senjata dan menanyakan nomor PIN.
  10. Hindari simpanan di kartu ATM dengan jumlah yang besar, Tabungkan sebagian pada rekening yang tidak mempunyai fasilitas ATM.
  11. Sebaiknya hindari transaksi dengan menggunakan ATM dilokasi yang sepi dan jauh dari keramaian terlebih pada malam hari
  12. Untuk transaksi non cash bisa dimanfaatkan fasilitas phone banking sehingga anda tidak perlu bersusah payah mencari lokasi ATM.
  13. Gunakan Fasilitas jaringan ATM Link, ATM Bersama, ATM BCA artinya walaupun kartu ATM anda adalah Kartu ATM BCA (Tahapan), anda bisa melakukan transaksi pada ATM BRI, begtu pula sebaliknya. Kartu ATM BRI (BritAma) bisa pula melakukan transaksi di ATM BCA, Mandiri, BNI, Permata dlsb.

Sabtu, 22 November 2008

Pengantar Money Laundring

Istilah Money Laundry atau Pencucian uang bukanlah hal baru , saya telah mendengarnya sejak tahun 2000 namun akhir-akhir ini sosialisasi TPPU (tindak pidana pencucian uang) lebih intesif dilakukan oleh Pemerintah maupun lembaga training lainnya karena maraknya Korupsi di Indonesia. Setelah mengikuti Workshop tiga hari yang diselenggarakan oleh Lembaga Pengembangan Fraud Auditing (LPFA) Jakarta tentang “Money Laundering dan teknik pelacakannya” , saya ingin berbagi pengetahuan dengan pembaca sekalian.

Sejarah Money Laundry dimulai sejak dibentuknya Financial Action Task Force (FATF) pada konfrensi tingkat tinggi G7 pada tahun 1989 dalam rangka memberantas pencucian uang. Sedangkan di Indonesia pembentukan undang-undang anti pencucian uang disebabkan masuknya Indonesia ke dalam daftar Non Cooperative Countries and Territories (NCCTs) oleh FATH pada bulan Juni 2001. Sejak diundangkannya UU no. 15 tahun 2002 maka Indonesia telah mengkriminalisasi TPPU. Sehubungan tidak efektifnya UU tsb dalam penerapannya maka dibuat dan disahkan UU no. 25 tahun 2003 pada tanggal 13 Oktober 2003 dengan memperhatikan ketentuan rekomendasi FATH, termasuk kebutuhan domestik berdasarkan masukan yang diperoleh dari berbagai kalangan.


Money Laundry kalau diartikan sederhana adalah pencucian uang, bukan dalam arti sebenarnya uang itu dicuci melainkan uang haram hasil kejahatan diproses oleh pelakunya menjadi uang halal guna menghilangkan jejak kejahatannya. Secara umum metode pencucian uang dilakukan melalui tiga tahapan yaitu Penempatan (placement), Transfer (layering) dan Integrasi (integration).
Penempatan:
Pada tahap pertama pencucian uang, pelaku melakukan pemisahan atau menjauhkan hubungan antara dana haram dengan sumber dananya. Penempatan dilakukan dengan melakukan transaksi berupa penempatan dana haram ke dalam sistem keuangan. Contohnya, pelaku pencucian uang dapat menempatkan uang tunai ke dalam suatu bank atau melakukan pembelian saham dan aset seperti mobil, rumah atau emas/perhiasan.
Transfer:
Setelah berhasil menempatkan uang haram ke dalam sistem keuangan, tahap pencucian uang berikutnya adalah melakukan transfer melalui berbagai macam transaksi dengan tujuan menjauhkan asal usul dana haram tsb sehingga menyulitkan aparat penegak hukum menelusuri sumber dana dimaksud. Contohnya, pelaku pencucian uang selain membeli atau menjual aseet, dapat pula mentransfer dana tsb ke seluruh dunia dengan menggunakan beberapa rekening dengan pola transaksi yang rumit menggunakan bank yang berbeda.
Integrasi:
Tahapan ini merupakan akhir proses pencucian uang yang dimaksudkan memberikan penyelasan atau pembenaran atas penggunaan dana haram ke dalam usaha yang sah atau halal, sehingga dana menjadi terlihat bersih. Kesimpulannya, tahapan integrasi memberikan keleluasaan kepada pelaku kejahatan untuk menikmati dana yang berasal dari dana haram tanpa menimbulkan adanya kecurigaaan atau terdeteksi oleh aparat penegak hukum. Contohnya, pelaku mendirikan usaha berupa SPBU, perusahaan properti, atau jual beli mobil mewah dimana dana haram dapat ditanamkan ke dalam usaha tsb dan kemudian dana tersebut diperlakukan sebagai laba fiktif atau digunakan untuk keperluan lainnya seperti membayar angsuran pinjaman.

Bank Dunia dalam risetnya memberikan rincian tentang kegiatan usaha yang rentan terhadap pencucian uang dan pendanaan terorisme, diataranya adalah sebagai berikut:
a. Kegiatan usaha berbasis tunai misalnya café, bar dan rumah makan.
b. Jual beli barang bernilai tinggi misalnya mobil mewah, barang antik, emas, perhiasan dan properti.
c. Bank dan lembaga keuangan non bank.
d. Tempat penukaran valuta asing (money changer).
e. Akuntan, pengacara, notaris dan biro jasa pendirian perusahaan (company formation agent).


Senin, 17 November 2008

Menjalin hubungan dengan nasabah

Persaingan bisnis saat ini semakin tajam. Setiap perusahaan harus lebih aktif dan lebih agresif dalam merebut posisi pasar dan memenangkan persaingan. Konsep pemasaran perusahaan telah bergeser dari product oriented menjadi customer oriented artinya : tidak hanya memperhatikan mutu/kualitas dari produk tetapi juga memperhatikan kepuasan nasabahnya. Konsep customer oriented dapat diterapkan pada perusahaan yang menghasilkan produk dan mutlak diterapkan pada perusahaan yang bergerak dibidang jasa.
Ujud dari konsep customer oriented ini adalah perusahaan harus lebih memperhatikan nasabahnya dengan cara memberikan pelayanan prima dan selalu menjalin hubungan yang baik sehingga memuaskan keinginan dan kebutuhan nasabah.


KONSEP DIRI DALAM PELAYANAN.
Untuk dapat memberikan pelayanan prima dan menjalin hubungan yang baik dengan nasabah maka yang menjadi kunci keberhasilannya adalah orang (human), karena pelayanan dan menjalin hubungan dengan nasabah merupakan interaksi antara pegawai/ pekerja perusahaan dengan masyarakat di luar perusahaan yang disebut nasabah. Oleh karena itu perlu ditetapkan konsep diri dalam memberikan pelayanan dan menjalin hubungan dengan nasabah yang berupa :

1. Sikap mental positip.
Sikap mental yang positip dari pegawai/pekerja perusahaan sangat diperlukan dalam memberikan pelayanan dan menjalin hubungan dengan nasabah karena sikap mental ini merupakan landasan dalam melaksanakan interaksi dengan nasabah. Tujuh perwujudan dari sikap mental positip adalah sebagai berikut :

a. Keinginan untuk maju.
Jadilah pribadi yang termotivasi untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan. Perlu ditanamkan prinsip bahwa hari ini adalah lebih baik dari hari kemarin, hari esok harus lebih baik dari hari ini.

b. Belajar dari orang lain.
Dalam mempelajari sesuatu dari orang lain, harus dilihat dan diperhatikan apa yang disampaikannya bukan siapa yang menyampaikannya. Dalam hal ini belajar dapat juga melalui pengalaman yang dimiliki oleh nasabah.

c. Terbuka, menerima ide-ide baru.
Untuk dapat diterima oleh orang lain maka kita harus bersikap terbuka kepada orang lain artinya dapat menerima saran, usulan, ide maupun teguran dari orang lain dalam rangka perbaikan diri.

d. Kritis, aktif bertanya dan diskusi.
Kebiasaan ini perlu disosialisasikan agar terhindar dari budaya ABS. Sikap proaktif tetapi tidak reaktif merupakan perwujudan dari sikap metal ini.

e. Pertisipasi dalam kegiatan.
Berpartisipasi artinya ikut menyumbangkan ide/pikiran, tenaga dan waktu dalam setiap kegiatan agar dapat memberikan sesuatu yang berguna bagi orang lain dan dapat menumbuhkan percaya diri yang tinggi.

f. Komitment mau mencoba sampai sukses.
Kegagalan merupakan kesuksesan yang tertunda oleh karena itu perlu tekad untuk merealisasikannya. Kegagalan juga merupakan awal dari keberhasilan oleh karena itu jangan bosan untuk mencoba sampai sukses.

g. Cermat, mencatat hal-hal penting.
Agar tidak kehilangan kesempatan emas atau peluang untuk mendapatkan informasi penting dan untuk menyelesaikan permasalahan.

2. Orientasi kepuasan nasabah dan mengenal nasabah.
Seperti yang telah dikatakan oleh Hermawan Kertajaya bahwa pada dasarnya telah terjadi pergeseran yang cukup berarti dalam dunia pemasaran yaitu dari product oriented ke customer oriented. Selanjutnya dikatakan bahwa sebenarnya kepuasan nasabah tidak dapat tercapai dengan apabila tidak dipersiapkan terlebih dahulu.
Pencapaian kepuasan nasabah hanya dapat dicapai dengan adanya sinergi dalam perusahaan yang pada akhirnya pegawai dapat memberikan kepuasan yang berkesinambungan kepada nasabah yang akan memberikan keuntungan jangka panjang kepada stake holder dan selanjutnya pemilik perusahaan dapat meningkatkan kesejahteraan pegawainya.
Untuk dapat memberikan kepuasan kepada nasabah maka terlebih dahulu harus mengenali siapakah nasabahnya, bagaimana ciri-ciri nasabah dsb. Untuk dapat lebih mengenali nasabah, perlu diketahui ciri-ciri dari seorang nasabah yang antara lain :
a. Mempunyai banyak keinginan.
b. Mempunyai kebutuhan yang tak terbatas.
c. Mempunyai harga diri dan gengsi.
d. Menghargai waktu.
e. Ingin selalu dilayani.
Sehingga wajarlah kalau nasabah menuntut pelayanan yang tinggi dari kita yang menjadi kebutuhannya, maka tugas kita adalah memenuhi kebutuhan tersebut. Pelayanan yang diberikan dikatakan baik dan dapat menjalin hubungan yang berkesinambungan dengan nasabah apabila nasabah telah merasa : dibantu, dihargai, dilindungi, diperhatikan dan diterima. Nasabah yang merasa puas akan menceritakan kesan positifnya kepada orang lain, dimana hal ini merupakan promosi gratis bagi perusahaan. Dengan demikian secara tidak disadari nasabah datang berbondong-bondong ke perusahaan kita dan terbentuklah Citra positip perusahaan.

3. Penghayatan terhadap waktu.
Pernahkan kita berpikir bahwa sebenarnya nasabah yang hadir pada kita telah mengorbankan waktunya baik yang digunakan untuk menyampaikan komplain maupun bukan, sedangkan kita sebagai pegawai perusahaan memang menjadi tugas kita untuk menyediakan waktu bagi nasabah. Kadang-kadang belum terdapat persepsi yang sama diantara para petugas mengenai waktu, sehingga tidak jarang kita lihat bahwa terdapat pegawai yang masih menganggap remeh kepada nasabah , seolah-olah tidak menghargai waktu mereka yang telah dikorbankan. Untuk itu perlu adanya persepsi yang sama terhadap waktu dalam kaitannya dengan pelayanan.
Pada dasarnya kita dapat membagi waktu kedalam 5 kepentingan yaitu :
a. waktu untuk melakukan aktivitas.
b. Waktu untuk basa-basi
c. Waktu untuk nostalgia
d. Waktu untuk isolasi/ menarik diri
e. Waktu untuk meningkatkan keakraban.
Kunci keberhasilan pelayanan adalah bagaimana kita dapat membagi waktu-waktu tersebut bersama dengan nasabah dan menempatkan waktu tersebut sesuai dengan proporsinya masing-masing sehingga dapat memuaskan nasabah.

KIAT-KIAT MENJALIN HUBUNGAN DENGAN NASABAH.
1. Ketahuilah hobby, kesukaan dan kebiasaannya.
Untuk mengambil hati orang lain supaya kita disenangi dan dapat bekerja sama, ingat-ingatlah bahwa perhatian pribadi mereka itu berbeda dengan perhatian kita sendiri . Oleh karena itu jangan lupakan :
- Hobby dan kebiasaan mereka.
- Lingkungan pergaulan mereka.
- Hal-hal yang mereka sukai dan tidak disukai.
- Orang-orang yang mereka hormati.

2. Tunjukkan rasa hormat.
Sempatkan diri kita untuk menunjukkan hormat dan perhatian. Tunjukkan bahwa kita mengetahui siapa dia sebelumnya dan tunjukkan bahwa kita menjunjung tinggi mereka. Menghormati nasabah tidak akan menghilangkan kehormatan diri kita.

3. Ingat pengalaman dan kebutuhannya.
Bila kita ingin mendapatkan perhatian seseorang dan menyakinkannya dekatilah ia melalui pengalaman hidupnya dan kebutuhannya.

4. Gunakan bahasanya.
Berbicaralah dengan bahasa pikiran dan sudut pandang nasabah, bukan menggunakan ukuran pikiran atau sudut pandang kita.

5. Pancing mereka agar tidak tertutup.
Cara termudah untuk mempengaruhi seseorang adalah dengan membuat mereka terkesan dengan memancing nasabah untuk berbicara mengenai urusan, permasalahan , pengetahuan dan pendapat mereka. Berusahalah menjadi pendengar yang baik yang tidak memaksakan diri untuk mendominasi pembicaraan.

6. Jadikanlah ia orang penting.
Salah satu cara yang pasti untuk mempengaruhi orang lain adalah dengan menunjukkan kepadanya bahwa kita menganggap nasabah orang yang penting, perlihatkan bahwa kita menyukainya dan benar-benar tertarik kepadanya. Berpeganglah pada prinsip bahwa Customer is king, kelangsungan hidup perusahaan tergantung pada nasabah.

7. Atasi keberatannya dengan tepat.
Bila terjadi keberatan atau oposan, usahakanlah membujuknya agar nasabah menyetujui atau melonggarkan keberatannya dengan cara :
- Bila keberatannya sangat kuat, tangguhkan dulu maksud kita dan beri kesempatan padanya untuk mempertimbangkan kembali.
- Bila keberatannya itu perlu dilayani secara langsung, usahakanlah menanggapinya dan mendengar keluhannya.
- Perlihatkan bahwa kita senang mendengar keluhannya dan keberatannya dan yakinkan bahwa segala permasalahan dapat dicarikan jalan keluarnya.

8. Jagalah harga dirinya.
Bila kita harus menyampaikan berita jelek atau yang akan mengecewakan nasabah, hati-hatilah melindungi harga dirinya. Selamatkan harga diri seseorang, hindari keinginan kita untuk merasa/ ingin menunjukkan bahwa kita lebih pandai dan lebih penting.

9. Bunuhlah rasa sombong anda.
Sombong adalah penyakit hati yang paling tidak disukai oleh orang lain dan dapat menghancurkan diri sendiri oleh karena itu bunuhlah rasa sombong tersebut dengan menanamkan keyakinan bahwa masih banyak orang lain yang lebih baik dari kita dan manusia itu adalah mahluk yang lemah yang mempunyai banyak kekurangan.

10. Biarkan penghargaan datang dengan sendirinya.
Kita mungkin sudah berbuat sesuatu buat nasabah, namun janganlah kita meminta penghargaan, tetapi biarkanlah penghargaan itu datang dengan sendirinya dan jangan terlalu diharapkan. Berbuatlah sesuatu kepada nasabah dan berpikirlah bahwa mereka tidak akan memberikan sesuatu.

CIRI-CIRI PELAYANAN YANG PROFESIONAL.
1. Cepat, waktu pelayanan tidak terlalu lama.
2. Tepat, dilayani sesuai dengan keinginan nasabah.
3. Cermat, Jangan ada yang menyimpang dari prosedur yang berlaku.
4. Cekatan, petugas harus cepat tanggap dalam pelayanan.
5. Teliti, dapat melaksanakan tahapan-tahapan pekerjaan tanpa kesalahan.
6. Benar, sesuai dengan aturan yang berlaku.
7. Ramah, dalam pelayanan.
8. Sopan, jangan tinggi hati atau sombong.
9. Hormat, pelayanan dengan rendah hati
10. Simpatik, pelayanan yang menarik hati dan menyenangkan.
11. Mengalah, jangan berdebat dengan nasabah
12. Fleksibel, menyesuaikan dengan perilaku dan keinginan nasabah.
13. Penuh perhatian, mengetahui keinginan dan penolakannya.
14. Menyenangkan, jangan membuat nasabah kecewa.
15. Memuaskan,memenuhi kebutuhan nasabah dengan cara yang sebaiknya.
16. Bersih, diri dan lingkungan kerja.
17. Sehat, kelihatan segar tidak loyo dan mengantuk.
18. Rapih, cara berpakaian dan bekerja.
19. Indah, tata ruang, penempatan perlengkapan/berkas kantor.
20. Serasi, jenis perlengkapan kantor dan tata warnanya.
21. Penampilan, penampilan pegawai dan bangunan kantor
22. Tertib, tidak serampangan dan berdasarkan skala prioritas.
23. Aman, melidungi kepentingan nasabah.
24. Canggih, menggunakan peralatan pendukung pelayanan.


Menjadi Manajer Bank yang disukai

Dale Carnegie dalam bukunya yang berjudul “Bagaimana mencari kawan dan mempengaruhi orang lain” mengutarakan beberapa ungkapan yang menggambarkan kecerdasan emosional antara lain: “Jika ingin mengambil madu jangan tendang sarang lebahnya” , “Agar tidak sakit pada saat pencabutan gigi, lakukan pembiusan lokal terlebih dahulu”. Yang artinya jika ingin mengambil kebaikan dari orang lain jangan sakiti hatinya, jika terpaksa ingin mengkritik orang lain maka berikan pujian terlebih dahulu agar tidak terasa sakitnya
Setelah diintisarikan seluruh pendapat beliau dalam buku tersebut, maka dapat dijelaskan beberapa kiat menjadi seorang manajer disukai oleh semua orang baik dalam lingkungan kerja maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Kiat menjadi manajer yang disukai adalah sebagai berikut.

• Mulailah dengan senyum dan berbicara ramah dalam berhubungan dengan orang lain.
• Hormati pendapat orang lain dan hindari menyalahkan dan mengkritik orang lain.
• Selalu memberikan penghargaan yang jujur dan tulus, walaupun terhadap kemajuan sekecil apapun.
• Bangunkan motivasi orang lain untuk berhasil mencapai tujuan.
• Perhatian dan peduli terhadap kondisi dan masalah orang lain.
• Jadilah pendengar yang baik dan berbicara tentang sesuatu yang sesuai dengan minat orang lain.
• Bersikap sopan, membuat orang lain merasa dirinya penting.
• Berani mengakui kesalahan sendiri sebelum menyalahkan orang lain.
• Mengajukan pertanyaan sebagai ganti dari perintah langsung.
• Memberikan bimbingan dan dorongan agar setiap kesalahan mudah diperbaiki.


Menjadi Manajer Bank yang empatik

Setelah perang sipil di Amerika berakhir, orang dari Amerika utara masih menyimpan kebencian yang dalam tehadap orang dari selatan. Orang dari utara itu berniat untuk terus menekan/menyudutkan orang dari selatan. Presiden Abraham Lincoln berusaha untuk bertindak secara adil kepada seluruh Amerika dengan semboyan “Tanpa kebencian terhadap siapapun, dengan kemurahan hati untuk semuanya”. Bagaimana dia dapat mencegah keinginan orang dari utara untuk menyerang orang dari selatan dapat diketahui lewat pernyataannya kepada seorang kawannya “saya belum pernah menderita karena orang selatan, saya telah menderita bersama dengan orang selatan, kesengsaraan mereka telah menjadi kesengsaraan saya, kekalahan mereka, kekalahan saya”. Lincolnya mempunyai EMPATI.
Empati adalah kemampuan untuk memahami perasaan/pikiran, gagasan orang lain dan memproyeksikan diri tanpa larut dalam perasaan/pikiran itu sendiri. Empati adalah kemampuan untuk mengerti orang lain sebanyak mungkin sebagaimana dia mengerti diri sendiri. Seseorang dikatakan empatik jika ia mampu untuk seolah-olah “merayap dan masuk ke dalam kulit orang lain” dan melihat dunia lewat mata orang tersebut. Dia mendengarkan cerita orang lain tanpa rasa curiga, maupun mengadili. Dia mendengarkan cerita orang lain apa adanya, seperti orang itu memilih untuk menceritakannya, dan menyimak apa arti khusus yang ingin disampaikan oleh si pengutara cerita.

Empati lebih mudah dimengerti apabila dilihat sebagai suatu “continuum” yang berawal dari Apati dan di ujung lainnya Simpati.

Apati didefinisikan sebagai tidak punya perasaan, tidak menaruh minat, atau perhatian. Bila seorang manajer apatis, maka ia tidak ingin terlibat dengan urusan / permasalahan orang lain. Contoh ucapan dari seorang manajer yang apatis adalah sebagai berikut : “Anda menuruti jalan anda, saya menuruti jalan saya. Saya tidak mendoakan supaya anda celaka, tetapi saya juga tidak memberi bantuan kepada anda. Saya tidak sudi dibebani dengan masalah-masalah anda maupun dihibur oleh kegembiraan anda. Tolong biarkan saya sendiri”.

Simpati adalah keterlibatan yang berlebihan, sehingga orang hanyut ke dalam perasaan orang lain. Simpati bisa melemahkan kekuatan sehingga tidak sanggup memberi pertolongan pada waktu yang diperlukan. Contoh konkrit dari orang simpatik adalah ketika ia sedang melayat orang meninggal, demikian terhanyut di dalam kesedihan orang lain, sehingga keluarga orang yang meninggal itu malahan harus menenangkan dia yang semestinya datang untuk menghibur.
Manajer yang apatis dapat merusak hubungan baik dengan orang lain, tetapi manajer yang simpati berlebihan dapat lebih merugikan dibandingkan dengan apati. Jatuh kasihan, rasa sentimentil, atau pengalaman emosi yang tidak pada tempatnya merugikan tidak hanya orang yang bersimpati itu tetapi juga objek atau orang yang terkena luapan emosinya.
Agar lebih memahami empati maka beberapa ciri-ciri dari manajer yang empatik yang disukai orang dapat dijelaskan sebagai berikut :
• Dapat membayangkan bagaimana perasaan orang lain dengan cara menempatkan dirinya para orang tersebut, memberikan pengakuan dan menghargai individualitas orang lain.
• Lebih mengerti tentang apa yang sedang dipikirkan, dan logika apa yang dipergunakan oleh orang lain, dapat menerima kelainan orang lain (pendapat, sifat, sikap perilaku dan gaya hidup).
• Suka menolong, lebih memperhatikan, tidak agresif dan bahkan lebih mementingkan kepentingan orang lain daripada dirinya sendiri.
• Berminat untuk mengenal orang lain, tidak suka terhadap kekerasan, permusuhan atau kemarahan.
• Trampil menjadi pendengar yang baik, bereaksi terhadap apa yang dikatakan dan dirasakan oleh orang lain, mempercayai dan dipercaya.


Menjadi Manajer Bank yang lugas (asertif)

Salah satu penerapan EQ agar seorang menjadi manajer Bank yang berhasil adalah dengan melakukan sikap dan perilaku lugas (asertif). Lugas adalah perpaduan sikap dan perilaku yang luwes dan tegas. Lugas adalah kecenderungan orang yang dapat dengan bebas menyampaikan perasaan, pikiran dan keinginan kepada orang lain dan tetap menghargai serta menghormati orang lain. Selain asertif terdapat pula sikap perilaku lain yaitu agresif dan submisif dengan penjelasan sebagai berikut :
Agresif adalah kecenderungan orang yang dapat dengan bebas menyampaikan perasaan, pikiran dan keinginan kepada orang lain tetapi tidak menghargai dan tidak menghormati orang lain.
Submisif adalah kecenderungan orang yang tidak dapat dengan bebas menyampaikan perasaan, pikiran dan keinginan kepada orang lain agar dapat menghargai serta menghormati orang lain.

Sikap dan perilaku agresif, asertif dan submisif dapat dimunculkan dalam bentuk komunikasi secara verbal maupun non verbal. Komunikasi non verbal ini meliputi nada suara, intonasi suara, ekspresi wajah, tatapan mata dan gerakan tubuh. Sikap-sikap ini juga dapat dilihat pada kecenderungan seorang manajer dalam memberikan pujian atau kritikan kepada bawahan, rekan kerja maupun kepada atasannya.
Dibawah ini adalah gambaran kecenderungan tersebut :

Pada orang yang Agresif, kecenderungannya oportunis dalam memberikan pujian dan hobbi dalam meberikan kritikan.
Pada orang yang Asertif, kecenderungannya mudah dan tepat dalam memberikan pujian maupun kritikan.
Pada orang yang Submisif, kecenderungannya agak susah dalam memberikan pujian dan susah dalam memberikan kritikan.

Jika seorang manajer dapat menerapkan sikap dan perilaku asertif dalam pekerjaan dan dalam berhubungan dengan orang lain maka beberapa keuntungan akan diperoleh antara lain :
• Tidak ada kecemasan karena tercipta iklim keterbukaan.
• Meningkatkan rasa puas dan harga diri karena dapat mengutarakan keinginan dan memenuhi kebutuhan pribadi.
• Menyenangkan orang lain karena komunikasi disampaikan dengan baik.
• Memperbaiki hubungan antar manusia.




Menjadi Manajer Bank yang cerdas

Manajer yang berhasil harus memenuhi dua kriteria cerdas, pertama mempunyai kecerdasan intelektual (IQ) dan kedua mempunyai kecerdasan emosional (EQ). Kecerdasan intelektual adalah ukuran kemampuan intelektual, analisis, logika dan ratio seseorang berkaitan dengan ketrampilan berbicara, kesadaran akan ruang/suatu yang tampak dan penguasaan matematika. Kecerdasan (kematangan) emosional adalah kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih dan membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran, memahami perasaan dan maknanya dan mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga membantu perkembangan emosi dan intelektual. Orang yang pintar dan pandai yaitu cerdas intektualnya akan berhasil dalam mengikuti pendidikan formal/informal tetapi belum tentu sukses dalam bekerja dan dalam kehidupan sehari-hari. Karena diperlukan kecerdasan emosional dalam berhubungan dengan orang lain.
Berdasarkan hasil penelitian ahli-ahli psikologi keberhasilan hidup seseorang di dunia 20% dipengaruhi oleh kecerdasan intektual sedangkan 80% dipengaruhi oleh kecerdasan emosional. Jelaslah bahwa kecerdasan emosional memegang peranan penting bagi seorang manajer untuk mencapai keberhasilannya. Untuk lebih memahami pengertian kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional, dibawah ini akan uraikan beberapa ciri-ciri pria dan wanita yang mempunyai kecerdasan intelektual yang tinggi atau mempunyai kecerdasan emoslonal yang tinggi.


Pria yang mempunyai “IQ” tinggi
Mempunyai kemampuan yang luas dan minat intelektual. Penuh ambisi dan produktif, dapat diramalkan dan tekun, dan tidak dirisaukan oleh urusan-urusan tentang dirinya sendiri. Cenderung bersikap kritis dan meremehkan, pilih-pilih dan malu-malu, kurang menikmati seksualitas dan pengalaman seksual, kurang ekspresif dan menjaga jarak, dan secara emosional membosankan dan dingin.
Pria yang mempunyai “EQ” tinggi
Secara sosial mantap, mudah bergaul dan jenaka, tidak mudah takut atau gelisah. Mereka berkemampuan besar untuk melibatkan diri dengan orang-orang atau permasalahan, untuk memikul tanggung jawab dan mempunyai pandangan moral, simpatik dan hangat dalam berhubungan dengan orang lain. Kehidupan emosional mereka kaya, tetapi wajar, mereka merasa nyaman dengan dirinya sendiri, dengan orang lain dan dunia pergaulan di lingkungannya.
Wanita yang mempunyai “IQ” tinggi
Mempunyai keyakinan intelektual yang tinggi, lancar mengungkapkan gagasan, menghargai masalah-masalah intelektual, dan mempunyai minat intelektual dan estetika yang amat luas. Mereka juga cenderung mawas diri, mudah cemas, gelisah dan merasa bersalah, dan ragu-ragu untuk mengungkapkan kemarahan secara terbuka.
Wanita yang mempunyai “EQ” tinggi
Cenderung bersikap tegas dan mengungkapkan perasaan mereka secara langsung, dan memandang dirinya sendiri secara positif, kehidupan memberi makna bagi mereka. Mudah bergaul dan ramah, serta mengungkapkan perasaan mereka dengan takaran yang wajar (tidak meledak-ledak), mereka mampu menyesuaikan diri dengan beban stress. Kemantapan pergaulan membuat mereka mudah menerima orang-orang baru, cukup nyaman dengan dirinya sendiri sehingga selalu ceria, spontan dan terbuka terhadap pengalaman sensual.

Penerapan EQ oleh manajer dalam lingkungan kerja adalah menggunakan emosi secara efektif untuk mencapai tujuan, mengembangkan hubungan kerja yang produktif dan meningkatkan unjuk kerja yang profesional. Sering dijumpai di tempat kerja bahwa manajer yang berhasil adalah mereka yang secara teknik menguasai pekerjaan dan mempunyai kecerdasan emosional yang tinggi. Mereka lebih siap untuk maju dan lebih cepat dapat mencapai apa yang dicita-citakan. Kecerdasan intelektual tentunya memang penting, namun yang tidak dpat diabaikan begitu saja adalah bagaimana menambahkan kecerdasan logika dalam emosi. Kecerdasan itu ditandai dengan mengetahui apa yang diinginkan orang lain, kenapa menginginkannya, mempertimbangkan segala resiko yang akan timbul, serta alasan logis lainnya
EQ dalam lingkungan kerja meliputi :
a. Kondisi dan lingkungan, berupa peristiwa atau kejadian pada saat kerja, tekanan pekerjaan dan juga tekanan pribadi yang dialami oleh pekerja.
b. Perasaan, berupa kesadaran akan pelaksanaan kerja, ekspresi perasaan , dan pemahaman emosi orang lain yang terlbat dalam kerja.
c. Kompetensi, kemampuan emosional berupa kesungguhan, kreatifitas, kerjasama, kepemimpinan dan penyampaian umpan balik yang kontruktif.
d. Nilai dan kepercayaan, berupa sensitifitas, optimisme, percaya diri, integritas dan kekuatan pribadi lainnya.
e. Sasaran dan hasil, berupa kesehatan pekerja, kualitas hidup, tingkat hubungan antar pekerja dan pencapaian kinerja yang optimal.

Kecerdasan emosional di tempat kerja akan berpengaruh pada beberapa faktor penting penentu keberhasilan karir seorang manajer di dalam perusahaan, antara lain : pengambilan keputusan, kepemimpinan, terobosan strategis, keterbukaan komunikasi, kerjasama dan saling percaya, kepuasan pelanggan, kreatifitas dan inovasi.

Kecerdasan emosional yang dimiliki oleh manajer dalam lingkungan kerja digunakan untuk menghadapi berbagai kondisi dan permasalahan seperti :
• Menghadapi sikap dan tingkah laku yang merusak.
• Menghadapi masalah pribadi yang dialami pekerja.
• Meningkatkan kemampuan dan ketrampilan kerja.
• Mengurangi hubungan kerja yang negatif dan tidak sehat antar pekerja.
• Mempengaruhi orang lain dalam bekerja untuk mencapai tujuan perusahaan.


Kompetensi Manajer Bank

Beberapa kompetensi yang dipersyaratkan untuk seorang manajer Bank adalah sebagai berikut :
a. Berfikir konseptual
b. Berfikir strategis
c. Dorongan berprestasi
d. Integritas
e. Kepemimpinan
f. Membina hubungan
g. Mempengaruhi orang lain
h. Mengembangkan orang lain
i. Orientasi pelayanan pelanggan.
Untuk lebih mempermudah pemahaman masing-masing kompetensi sesuai kamus kompetensi secara rinci dapat digambarkan sebagai berikut:


a. Berpikir Konseptual (Conceptual Thinking)
Berpikir Konseptual/Pemikiran Konseptual adalah kemampuan untuk mengidentifikasi pola hubungan antar situasi yang tidak nampak dengan jelas kaitannya satu dengan yang lain. Termasuk di dalamnya menyimpulkan informasi yang beragam dan tidak lengkap menjadi sesuatu yang jelas. Mencakup juga identifikasi pokok permasalahan di dalam situasi yang kompleks dan menciptakan konsep-konsep baru.
b. Berpikir Staregis (Strategic Thinking)
Berpikir Strategis/Pemikiran Strategis adalah kemampuan menilai dan mengembangkan visi dan strategi yang berorientasi pada masa depan yang berkaitan dengan pengetahuan dan analisa yang memadai tentang kebutuhan bisnis internal, kapabilitas, potensi dan trend pasar, industri, politik dan ekonomi.
c. Dorongan Berprestasi (Achievement Drive)
Dorongan Berprestasi adalah dorongan untuk bekerja secara efisien (cepat dan tepat) atau melampaui standar prestasi. Standar tersebut dapat berupa: prestasi diri sendiri di masa lalu, sasaran yang ditetapkan, prestasi unggul orang lain, sasaran yang menantang yang ditentukan, atau bahkan sasaran yang belum pernah dikerjakan orang lain di masa yang lalu.
d. Integritas Kerja (Work Integrity) :
Integritas Kerja adalah bertindak konsisten sesuai dengan kebijakan Bank Rakyat Indonesia dan kode etik industri perbankan. Memiliki pemahaman dan keinginan untuk menyesuaikan diri dengan kebijakan dan etika tersebut dan bertindak secara konsisten wakaupun sulit untuk melakukannya.
e. Kepemimpinan (Leadership)
Kepemimpinan adalah keinginan untuk mengambil peran sebagai pemimpin dalam kelompok dan memastikan adanya kejelasan peran di antara anggota kelompok. Kepemimpinan umumnya (tetapi tidak selalu) muncul dari posisi atau otoritas formal. Kelompok di sini diartikan secara luas yaitu dimana seseorang mengambil peran sebagai pemimpin.
f. Membina Hubungan (Relationship Building)
Membangun Hubungan/Pembinaan Hubungan adalah membangun dan membina hubungan kerja yang akrab, timbal balik dan hangat atau membina jaringan kontak dengan orang lain yang berguna atau akan berguna dalam bekerja di masa depan untuk mencapai sasaran Bank. Hal ini mencakup kontak di luar lingkup pekerjaan dan mengarah pada pertemuan sosial dan pribadi.
g. Mempengaruhi Orang Lain ((Infuencing Others)
Mempengaruhi Orang Lain/Dampak dan Pengaruh adalah usaha membujuk, meyakinkan dan mempengaruhi atau menarik orang lain dengan tujuan agar orang tersebut mendukung keinginannya. Kompetensi ini menekankan pada keinginan untuk mempengaruhi atau menimbulkan dampak pada orang lain.
h. Mengembangkan Orang Lain (Developing Others)
Mengembangkan Orang lain/Pengembangan Orang Lain adalah keinginan tulus untuk mendorong proses belajar dan pengembangan orang lain untuk jangka panjang sesuai kebutuhan.
i. Orientasi Pelayanan Pelanggan (Customer Service Orientation)
Orientasi Pelayanan pelanggan adalah suatu keinginan membantu atau melayani pelanggan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka. Artinya memusatkan usaha untuk mengetahui dan memenuhi kebutuhan pelanggan. Pelanggan diartikan secara luas, yaitu meliputi pelanggan eksternal dan internal.


Kompetensi Customer Service/Teller Bank

Pada umumnya beberapa Bank mensyaratkan 6 (enam) kompetensi untuk yang akan atau telah menjabat Customer Service/Teller. Bagi Saudara yang ingin bekerja di Bank terutama pada jabatan tersebut diatas perlu mengevaluasi apakah memiliki kompetensi yang dibutuhkan, adapun kompetensi tersebut adalah sbb:
1. DORONGAN BERPRESTASI.
Adalah dorongan untuk bekerja secara efisien (cepat dan tepat) atau melampaui standar prestasi. Standar tersebut dapat berupa prestasi diri sendiri dimasa lalu, sasaran yang ditetapkan, prestasi unggul orang lain, sasaran yang menantang yang ditentukan, atau bahkan sasaran yang belum pernah dikerjakan orang lain di masa yang lalu.
Tingkat kedalaman 1 (satu), Mencapai standar prestasi yang ditentukan :
- Memenuhi standar prestasi atau target yang ditetapkan oleh manajemen.
- Bekerja keras untuk memenuhi persyaratan yang ditentukan (misalnya kualitas, kuantitas dan atau waktu).
- Membuat target-target perantara (milestones), jadwal dan target waktu untuk setiap tugas dan mengukur realisasinya.
Tingkat kedalaman 2 (dua) , Meningkatkan kinerja :
- Memperbaiki sistem atau metode kerja untuk meningkatkan kinerja
- Bekerja dengan lebih efisien, lebih cepat, dengan biaya yang lebih rendah.
- Meningkatkan kualitas, kepuasan nasabah, moral dan pendapatan.


2. INISIATIF
Adalah dorongan untuk mengidentifikasi suatu masalah, peluang atau rintangan dan mengambil tindakan untuk menyelesaikan masalah atau menangkap peluang yang ada, baik sekarang maupun di masa mendatang. Inisiatif adalah secara proaktif melakukan suatu tindakan, tidak sekedar berpikir tentang tindakan apa yang harus diambil di masa mendatang.
Tingkat kedalaman 1 (satu), Bertindak atas peluang saat ini:
- Mengidentifikasi peluang dan atau masalah yang mungkin muncul sekarang (saat ini) kemudian melakukan tindakan untuk mengatasinya.
- Melakukan segala sesuatu tanpa diminta dan menyelesaikannya hingga tuntas.

3. INTEGRITAS KERJA
Adalah bertindak konsisten sesuai dengan kebijakan bank dan kode etik perbankan. Memiliki pemahaman dan keinginan untuk menyesuaikan diri dengan kebijakan dan etika tersebut dan bertindak secara konsisten walaupun sulit untuk melakukannya.
Tingkat kedalaman 1(satu), Mengenali dan memahami perilaku :
- Mengenali dan memahami perilaku yang konsisten dengan kebijakan BRI dan kode etik industri perbankan.
- Meluangkan waktu untuk memastikan bahwa apa yang dilakukannya itu bukan suatu kecurangan atau melanggar kode etik.
Tingkat kedalaman 2 (dua), Bertindak konsisten dengan etika :
- Bertindak konsisten dengan kebijakan dan etika bank.
- Jujur dalam berhubungan dengan nasabah (baik nasabah internal maupun external).
- Berani bicara tentang ketidakjujuran atau ketidaketisan perilaku meskipun bisa menyakiti perasaan rekan kerja (berdampak minimal).

4. KEPEDULIAN TERHADAP KUALITAS DAN AKURASI
Adalah dorongan untuk mengurangi ketidakpastian dalam suatu lingkungan. Hal ini tampak dalam bentuk pemantauan dan pemeriksaan pekerjaan atau informasi dan menekankan pada kejelasan peran, fungsi dan lain-lain.
Tingkat kedalaman 1 (satu), Memperhatikan kualitas :
- Memperhatikan kualitas, keteraturan kerja dan hal-hal rinci.
- Meminta kejelasan peran, harapan, informasi, tugas dll, seringkali dalam bentuk tertulis.
- Bekerja dengan mengikuti kebijakan, pedoman dan prosedur.
Tingkat kedalaman 2 (dua), Memeriksa ulang :
- Memeriksa ulang keakuratan informasi atau pekerjaan sendiri.
- Secara konsisten memastikan pencapaian kualitas dan keteraturan.

5. ORIENTASI PELAYANAN PELANGGAN
Adalah suatu keinginan membantu atau melayani pelanggan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka. Artinya memusatkan usaha untuk mengetahui dan memenuhi kebutuhan pelanggan. Pelanggan diartikan secara luas, yaitu meliputi pelanggan internal dan eksternal.
Tingkat kedalaman 1 (satu), Menindaklanjuti permintaan :
- Menindaklanjuti permintaan, pertanyaan dan keluhan pelanggan.
- Memberikan informasi terkini tentang segala sesuatu yang relevan kepada pelanggan.
- Memelihara komunikasi dua arah yang jelas mengenai apa yang diharapkan kedua belah pihak.
Tingkat kedalaman 2 (dua), Mengambil tanggung jawab pribadi :
- Mengambil tanggung jawab untuk menyelesaikan masalah pelayanan.
- Tidak melempar atau lepas tangan dari masalah pelanggan yang ditangani.
- Mengatasi masalah secara cepat dan tidak bersikap defensif.
Tingkat kedalaman 3 (tiga), Bertindak lebih untuk pelanggan :
- Menyediakan diri setiap saat untuk membantu pelanggan, terutama saat pelanggan menghadapi masalah kritis. Contohnya, menyediakan waktu dan usaha lebih di lokasi pelanggan.
- Bertindak melebihi yang diharapkan pelanggan.

6. PERCAYA DIRI
Adalah keyakinan pada kemampuan dan penilaian diri sendiri. Termasuk didalamnya kepercayaan atas kemampuan dirinya yang diwujudkan dalam lingkungan yang semakin menantang dan percaya pada keputusan dan pendapatnya (tampil percaya diri dan menggambarkan diri sebagai ahli).


Kompetensi sebagai dasar M-SDM Bank

1. Elemen Kompetensi
Berdasarkan hasil penelitian David C.Mc Clelland selama 30 tahun, terdapat 6 (enam) elemen dasar kompetensi , yakni sebagai berikut:
a. Keterampilan (skill) adalah kemampuan untuk mengerjakan sesuatu dengan baik, misalnya keterampilan membaca laporan keuangan, menghitung uang, menggunakan komputer, keterampilan berkomunikasi.
b. Pengetahuan (knowledge) adalah informasi yang diketahui seseorang dalam bidang tertentu, misalnya pengetahuan tentang prinsip-prinsip dasar akuntansi, hukum, perbankan, perkreditan.
c. Peran sosial (social role) adalah gambaran atau citra yang diproyeksikan seseorang terhadap orang lain (lingkungannya). Misaknya karena perilakunya yang baik, seseorang dianggap sebagai guru atau pemimpin oleh lingkungannya.
d. Citra diri (self image) adalah cara seseorang memandang dirinya sendiri, misalnya memandang diri sendiri sebagai seorang guru, bankir, atau pemimpin.
e. Sifat (traits) adalah karakteristik-karakteristik atau pembawaan seseorang yang muncul secara konsisten pada perilaku seseorang, misalnya menjadi pendengar yang baik, rajin, proaktif, ramah
f. Motif (motive) adalah hal-hal yang mendorong seseorang untuk bertindak . Motif akan memicu, mengarahkan, dan menyeleksi perilaku atau tindakan seseorang dalam mencapai tujuan tertentu, misalnya:


1.) Motif berprestasi (achievement motive)
Seorang yang memiliki motf berprestasi akan secara terus menerus berkeinginan dan berupaya untuk membuat segala sesuatu menjadi lebih baik, misalnya dengan menetapkan target yang menantang bagi dirinya sendiri, bertanggung jawab, bersedia menerima kritik dan memanfaatkan masukan agar menjadi lebih baik.

2.) Motif Berafiliasi (affiliation motive)
Seseorang yang mempunyai motif berafiliasi akan selalu berupaya untuk menyenangkan orang lain, senang bersosialisasi, dan menghindari menyampaikan pendapat atau argumentasi yang akan berakibat tidak menyenangkan meskipun benar.

3.) Motif berkuasa (power motive)
Seseorang yang mempunyai motif berkuasa akan selalu berusaha untuk mempertahankan posisinya atau mencapai posisi yang menurutnya lebih baik.

Keenam elemen kompetensi tersebut berada pada tingkat kesadaran yang berbeda-beda di dalam diri manusia. Ilustrasinya dapat dilihat pada Model Gunung Es (Iceberg Model) di laut utara, dimana bagian yang muncul di atas permukaan air jauh lebih kecil dibandingkan bagian yang berada dibawah permukaan air (ingat film titanic?).

Beberapa elemen kompetensi lebih sulit dinilai dibandingkan dengan elemen kompetansi lainnya. Semakin dalam tingkat elemen kompetensi tersebut, akan semakin sulit mengukurnya. Elemen kompetensi yang paling mudah dinilai adalah elemen-elemen kompetensi yang ada di atas permukaan gunung es, yang meliputi keterampilan,dan pengetahuan, misalnya tingkat pendidikan, pengalaman kerja dan bidang-bidang keahlian lain yang umumnya disajikan dalam resume individu (curriculum vitae) . Sedangkan elemen kompetensi yang paling sulit dinilai adalah motif.


2. Hubungan antara Elemen Kompetensi dengan Kompleksitas Pekerjaan
Peran atau perilaku seseorang dalam suatu jabatan dipengaruhi oleh keenam elemen dasar kompetensi, tetapi terdapat perbedaan derajat kepentingan dari masing-masing elemen kompetensi tersebut. Pada jabatan yang memiliki kompleksitas tinggi, misalnya jabatan manajer, tingkat keberhasilannya sangat dipengaruhi oleh motif, sifat, citra diri dan peran sosial, sedangkan pengaruh dari pengetahuan dan keterampilan jauh lebih kecil. Demikian pula sebaliknya dengan jabatan pelaksana (clerk)

3. Definisi Kompetensi
Kompetensi didefinisikan sebagai keseluruhan kemampuan, pengetahuan, sikap dan perilaku yang ditunjukkan secara konsisten oleh individu untuk menghasilkan kinerja unggul pada suatu jabatan atau bidang pekerjaan tertentu.
Suatu perilaku baru dapat disimpulkan sebagai suatu kompetensi bila perilaku dimaksud memiliki tiga ciri, yaitu :
a. memberi hasil (peran atau kinerja) yang lebih baik (better result)
b. Muncul pada berbagai situasi (in more situation)
c. Frekuensi kemunculannya lebih banyak atau lebih sering (more often)
Kompetensi akan menentukan kecocokan seseorang, dengan pekerjaan atau perannya. Semakin baik tingkat kecocokannya, semakin efektif seseorang dalam melaksanakan pekerjaan atau peran yang dituntut darinya. Dengan demikian kompetensi merupakan karakter individu yang membedakan tingkat kinerja seseorang, pada suatu pekerjaan tertentu, peran, organisasi atau budaya. Orang yeng memiliki kompetensi-kompetensi yang diperlukan bagi suatu peran tertentu akan memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan mereka yang tidak memilikinya. Setiap karakter yang mengarah pada kinerja yang unggul pada suatu pekerjaan tertentu dinilai sebagai suatu kompetensi terhadap pekerjaan tersebut.

4. Jenis Kompetensi di Bank.
Berdasarkan penelitian bersama antara beberapa Bank dengan Hay Management Consultant terhadap jabatan-jabatan yang ada di Bank dan hasilnya dibenchmarking terhadap industri sejenis, Direksi beberapa Bank telah menetapkan 19 (sembilan belas) kompetensi untuk diterapkan di Bank ybs. Setiap jabatan memerlukan sejumlah kompetensi tertentu, sesuai dengan kebutuhan jabatan masing-masing.
Ke 19 kompetensi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Berpikir Analitis (Analitical Thinking)
2. Berpikir Konseptual (Conceptual Thinking)
3. Berpikir Staregis (Strategic Thinking)
4. Dorongan Berprestasi (Achievement Drive)
5. Inisiatif (Initiative)
6. Integritas Kerja (Work Integrity)
7. Kepedulian Terhadap Kualitas dan Keakuratan (Concern for Quality and Accuracy)
8. Kepemimpinan (Leadership)
9. Kerjasama (Teamwork)
10. KesadaranOrganisasi (Organizational Awareness)
11. Komitment terhadap Organisasi (Organizational Commitment)
12. Membangun Hubungan (Relationship Building)
13. Mempengaruhi orang lain ((Infuencing Others)
14. Mengembangkan Orang Lain (Developing Others)
15. Orientasi Pelayanan Pelanggan (Customer Service Orientation)
16. Pencarian Informasi (Information Seeking)
17. Pengarahan (Directiveness)
18. Pengertian Antar Pribadi (Interpersonal Understanding)
19. Percaya Diri (Self Confidence)